Lawang (MTsN 3 Malang) – Sebagai implementasi dari Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), MTsN 3 Malang terus menanamkan nilai-nilai kasih sayang dan empati sosial dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu manifestasi dari nilai hubbunnas atau cinta kepada sesama diwujudkan dalam kegiatan takziyah dan tawassul doa yang dilakukan oleh rombongan madrasah kepada keluarga siswa yang sedang berduka.
Kegiatan takziyah dilaksanakan pada Jum’at(16/05), sebagai bentuk kepedulian atas wafatnya orang tua dari salah satu siswa kelas 7A. Rombongan terdiri dari perwakilan dari Ustadz dan Ustadzah Ma’had Misriu serta beberapa siswa, yang hadir langsung ke kediaman almarhum untuk menyampaikan belasungkawa serta melakukan tahlilan dan doa bersama.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala MTsN 3 Malang, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran nilai yang tidak tertulis dalam buku pelajaran, namun sangat penting untuk membentuk karakter peserta didik. “Kurikulum Berbasis Cinta mengajarkan kita untuk tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga peka terhadap lingkungan sosial. Takziyah ini bukan sekadar rutinitas, melainkan latihan empati yang konkret untuk menumbuhkan kepekaan, kedermawanan, dan kasih sayang,” ungkap Hj. Warsi.
Hj. Warsi menambahkan bahwa kehadiran rombongan MTsN 3 Malang juga bertujuan untuk memberikan ketenangan dan penguatan batin kepada siswa dan keluarga yang ditinggalkan. “Kami ingin menanamkan kepada anak-anak, bahwa dalam kondisi apapun, kita tidak sendirian. Ada madrasah yang hadir, mendoakan, dan membersamai dalam suka dan duka,” pungkasnya.
Selain itu, kepala MTsN 3 Malang juga berdoa semoga almarhum mendapatkan maghfirah dan rahmat Allah Swt., serta keluarga yang ditinggalkan diberikan keikhlasan dan ketabahan. Untuk ananda tercinta, tetaplah kuat dan terus melangkah dalam semangat. Bangkit, tatap masa depan, dan buktikan bahwa engkau pantas dibanggakan. Orang tuamu akan tersenyum dalam pelukan Sang Rahman. Amin, tutur Hj. Warsi.
Selain membacakan doa dan tahlil, rombongan juga menyerahkan santunan yang dihimpun dari guru dan siswa sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian. Kegiatan ini tidak hanya menjadi amal ibadah, tetapi juga sarana pendidikan karakter yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kepedulian sosial secara nyata.