Lawang (Malang). Bertempat di aula gedung ma’had putri, Jum’at (18/11), seluruh pendidik dan tenaga kependidikan MTsN 3 Malang mengikuti pelatihan disiplin positif, sebagai narasumber yaitu perwakilan dari UNICEF yaitu Ahmad Sulton dan Nanang Abdul Chanan serta Indah Afifah dan Himyatul Amanah selaku fasilitator disiplin positif MTsN 3 Malang.
Dalam penyampaian materinya Ahmad Sulton menyampaikan bahwa penerapan pendekatan disiplin positif yaitu untuk menjadikan anak sebagai calon bintang, namun sebelum menjadikan anak sebagai calon bintang, harus terlebih dahulu menjadikan diri sebagai cetakan bintang, jelas Ahmad Sulton.
Dilanjutkan oleh Ahmad Sulton bahwa, oleh karena itu warga madrasah, baik itu pendidik dan tenaga kependidikan harus selalu upgrade pendekatan dalam proses pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman, “pendekatan yang sudah tidak relevan yang pernah diterima oleh para orang tua / bapak dan ibu guru semua, sebisa mungkin dapat dihindari, cari pendekatan yang lain, karena hukuman bukan satu-satunya dalam menyelesaikan masalah”, ungkap Ahmad Sulton.
Oleh karena itu, Nanang Abdul Chanan menambahkan bahwa pendidik harus dapat mengidentifikasi konflik yang terjadi dan cara mengatasinya, serta mampu mempraktikkan bagaimana menyampaikan pesan yang tepat dan bisa mengambil keputusan tanpa marah dan hukuman, yang pada akhirnya dapat mengatasi dan memberikan solusi adanya konflik di madrasah, jelas Nanang Abdul Chanan.
Sementara itu Himyatul Amanah selaku fasilitator madrasah menjelaskan materi tentang misbehave, yaitu tindakan tidak tepat seseorang (anak) untuk memperoleh perasaan dimiliki/memiliki dan bernilai, beberapa prilaku tersebut antara lain yaitu mencari perhatian, menunjukkan kekuasaan, balas dendam, dan merasa tidak mampu. Oleh karena itu, lanjut Himyatul Amanah bahwa pendidik harus memiliki empati untuk memahami perasaan dan perspektif anak, bisa jadi kesalahan sebagai kesempatan belajar bagi siswa, yang selanjutnya dapat memberikan respon yang dapat diambil yaitu konsekuensi logis yang sesuai dengan kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik, ungkap Himyatul Amanah.
Indah Afifah menambahkan bahwa saat ini tugas pendidik selain menghadapi tuntutan kurikulum, juga menghadapi anak dengan karakter yang berbeda-beda sehingga potensi konfliknya tinggi. Oleh karena itu, pendidik harus mampu untuk mendidik, membimbing, membina para murid atau siswa yang menjadi tanggungjawabnya agar sadar akan tanggungjawabnya terhadap diri sendiri dan orang lain, serta terbangunnya karakter anak berdasarkan nilai-nilai dalam penguatan pendidikan karakter, jelas Indah Afifah. (abft)