Lawang (MTsN 3 Malang) – Dalam semangat memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-117 yang jatuh pada Selasa, 20 Mei 2025, MTsN 3 Malang menyelenggarakan rangkaian kegiatan inspiratif yang melibatkan seluruh guru, tenaga kependidikan, serta peserta didik. Bertempat di lapangan madrasah, kegiatan diawali dengan apel pagi yang khidmat, dilanjutkan dengan pembacaan 1000 Puisi Cinta bertema “Aksara Penuh Cinta, dari Madrasah untuk Bangsa” oleh siswa dan guru, sekaligus menandai momen bersejarah sebagai piloting Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di MTsN 3 Malang.
Dalam amanatnya, Kepala MTsN 3 Malang, Dra. Hj. Warsi, M.Pd., menegaskan bahwa Hari Kebangkitan Nasional merupakan tonggak penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Kebangkitan ini ditandai dengan lahirnya organisasi modern pertama, Boedi Oetomo, pada 20 Mei 1908, yang menjadi simbol kesadaran kolektif kaum muda dan terpelajar untuk bangkit memperjuangkan kemerdekaan melalui jalan pendidikan, persatuan, dan semangat kebangsaan. “Hari ini, kita tidak sekadar mengenang sejarah, tetapi menyalakan kembali semangat kebangkitan dengan cinta. KBC adalah ikhtiar madrasah dalam membentuk generasi yang cerdas, berakhlak, dan berjiwa nasionalis,” ujar beliau.
Lebih lanjut, Hj. Warsi menjelaskan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta bukanlah sekadar dokumen pembelajaran, melainkan pendekatan hati dalam mendidik. Oleh karena itu, peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun ini dirayakan dengan 1000 puisi cinta yang menggugah, menyuarakan nilai-nilai luhur seperti cinta kepada Allah Swt., cinta kepada Rasulullah saw., cinta kepada diri sendiri, cinta kepada sesama, cinta kepada lingkungan, hingga cinta kepada bangsa dan negara. “Melalui puisi, kita menanam benih-benih cinta di ruang-ruang belajar. Puisi adalah permulaan, namun tindakan kita sehari-hari adalah kelanjutan yang tak boleh terputus,” ungkap Kepala MTsN 3 Malang dengan penuh makna.
Usai apel, kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh 12 siswa terpilih yang menyampaikan karya-karya mereka di hadapan seluruh hadirin. Dengan duduk membentuk simbol hati di tengah lapangan, para siswa menghadirkan visualisasi tema cinta sebagai ruh utama Kurikulum Berbasis Cinta. Sementara itu, para guru dan tenaga kependidikan membentuk lingkaran mengelilingi siswa, menjadi simbol akar dan dedaunan yang menumbuhkan dan merawat cinta di dalam jiwa anak-anak madrasah.
Tidak hanya siswa, para guru pun turut menyambut tantangan dengan membacakan puisi bertema cinta. Penampilan penuh penghayatan dari para Wakil Kepala Madrasah, Indah Afifah (Waka Akademik), Noer Cholis (Waka Kesiswaan), Ahmad Sunyoto (Waka Humas), dan Wardi (Waka Sarpras)—menjadi momen yang menyentuh sekaligus memperkuat pesan bahwa cinta bukan sekadar dikata, melainkan dihidupkan bersama dalam setiap langkah pendidikan.